HEAD LINE

Perjalanan Rasulullah Ke Surga Bersama Dua Tamunya

 Kisah
     Di suatu pagi hari, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bercerita kepada para sahabatnya, bahwa semalam beliau didatangi dua orang tamu. Dua tamu itu mengajak Rasulullah untuk pergi ke suatu negeri, dan Rasul menerima ajakan mereka. Akhirnya mereka pun pergi bertiga. Ketika dalam perjalanan, mereka mendatangi seseorang yang tengah berbaring. Tiba-tiba di dekat kepala orang itu ada orang lain yang berdiri dengan membawa batu besar dan dengan serta merta orang itu melemparkan batu tadi ke atas kepala orang yang sedang berbaring. Maka remuklah kepalanya dan menggelindinglah batu yang dilempar tadi. Kemudian orang yang melempar batu itu berusaha memungut kembali batu tersebut. Tapi dia tidak bisa meraihnya hingga kepala yang remuk tadi kembali utuh seperti semula. Setelah batu dapat diraihnya, kembali orang itu melemparkan batu ke orang yang sedang berbaring tadi, begitu seterusnya ia melakukan hal yang serupa seperti semula. Kisah Sahabat Nabi: Amr bin Jamuh, Menggapai Surga dengan Kaki Pincang Amr bin Jamuh adalah salah seorang pemimpin Yatsrib pada masa jahiliyah. Dia ipar Abdull bin Amr bin Haram, juga kepala suku Bani Salamah yang dihormati yang dihormati karena pemurah dan memiliki peri kemanusiaan yang tinggi serta gemar menolong orang-orang yang membutuhkan Telah menjadi kebiasaan para bangsawan jahiliyah untuk menempatkan patung di rumah mereka masing-masing. Dengan demikian, mereka bisa mengambil berkah dan dan memuja patung tersebut setiap saat. Selain itu, untuk memudahkan mereka meletakkan sesajen sembari mengadukan keluhan-keluhan mereka pada waktu yang diperlukan. Patung di rumah Amr bin Jamuh bernama “Manat”. Patung itu terbuat dari kayu, indah dan mahal harganya. Untuk perawatannya, Amr bin Jamuh terkadang harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Hampir setiap hari patung itu dibersihkan dan diminyaki dengan wangi-wangian khusus dan mahal. Berperanglah seperti 'Ashim Bin Tsabit Rasulullah pernah bersabda,"Siapa saja yang hendak berperang, berperanglah seperti 'Ashim bin Tsabit" 'Ashim bin Tsabit radhiyallahu'anhu adalah sahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam yang gagah berani. Keperkasaannya ia buktikan di Perang Uhud, sebuah perang yang dijadikan ajang balas dendam oleh kaum musrikin Quraisy atas kekalahan telak mereka di perang Badar. Kejadian perang Uhud merupakan kejadian yang memilukan bagi kaum muslimin, dimana sebagian mereka harus gugur sebagai syahid setelah berperang dengan gagah berani. Salah satu diantara korban dari kaum muslimin adalah 'Ashim bin Tsabit ini. Bagaimana tragedi itu dimulai? Kisah Sahabat Nabi: Habib bin Zaid, Keteguhan Hati Pembela Rasul Habib bin Zaid dibesarkan dalam sebuah rumah yang penuh keharuman iman di setiap sudutnya, di lingkungan keluarga yang melambangkan pengorbanan. Ayah Habib, Zaid bin Ashim, adalah salah seorang dari rombongan Yatsrib yang pertama-tama masuk Islam. Zaid termasuk Kelompok 70 orang yang melakukan baiat dengan Rasulullah di Aqabah. Bersama Zaid bin Ashim turut pula di baiat istri dan dua orang putranya. Ibu Habib, Ummu Amarah Nasibah Al-Maziniyah, merupakan wanita pertama yang memanggul senjata untuk mempertahankan agama Allah dan membela Nabi Muhammad SAW. Kisah Sahabat Nabi: Imran bin Hushain, Menyerupai Malaikat Kisah Sahabat Nabi: Imran bin Hushain, Menyerupai Malaikat Pada waktu Perang Khaibar, ia datang kepada Rasulullah SAW untuk berbai’at. Dan semenjak ia menaruh tangan kanannya di tangan kanan Rasul, maka tangan kanannya itu memperoleh penghormatan besar. Ia pun bersumpah pada dirinya, tidak akan menggunakannya kecuali untuk perbuatan utama dan mulia. Pertanda ini merupakan suatu bukti jelas bahwa pemiliknya mempunyai perasaan yang amat halus. Imran bin Hushain merupakan gambaran yang tepat bagi kejujuran, sifat zuhud dan kesalehan serta mati-matian dalam mencintai Allah dan menaati-Nya. Walaupun memperoleh taufik dan petunjuk Allah yang tiada terkira, namun ia sering menangis mencucurkan air mata. "Kenapa aku tidak menjadi debu yang diterbangkan angin saja," ia kerap meratap.

No comments